Home | Vol 12 Table of Contents | Previous Issues | Contact Us: 07 55278753 / 0405463663 | Email: judybyronbay@yahoo.com

Poetry by Fatin Hamamah

Right: Fatim and Pamela Hardy at a
poetry reading in Byron Bay.

"The Thorny Rose"

One day
my lover
the prince
came running

bearing a beautiful rose
in his hand
shyly I told him
of my delight

he asked me:
"why do you like this rose?"

I told him:
"because the rose has thorns"

he looked at me
carefully, but understood
nothing

since then
I have never seen him
again.

December 2000

"Mawar Berduri"

Ketika suatu hari
pangeran
kekasihku itu
datang berlari-lari

di tangannya
bunga mawar indah sekali
dengan malu-malu
aku katakan
aku amat menyukai

dia bertanya
"kenapa kau menyukai mawar ini ?"

aku jawab
"karena mawar berduri"

mata pangeran
menyelidiki
jelas dia tak mengerti

sejak itu pangeran
tak pernah datang lagi

Jkt, Des 2000


"Lakemba"


It felt like a dream
I was led back
To my long lost childhood
At an evening meal
As, in the first bowl of soup,
I saw the face of the moon
The full moon
In Padang Panjang

When did we last meet
Dear friend
We seperated a long time ago
Without sorrow
As if forever

And now
We meet in another country and time
As if no time has past at all
And we are innocent children again
I remember the moon in Padang Panjang
And the cold wind from Mount Surungan
The morning mist passes across my mind

Oh
How quickly time passes
Your child cries
And my dreams scatter
The wind blows through my loneliness
A leaf falls
And is carried away by the wind

The night is very still
I saw the morning fading
In a bowl of soup.

Lakemba 2001

"Lakemba"

Seperti mimpi
Aku di tuntun pada jalan pulang
Pada masa kanak kanak yang hilang
Di jamuan makan malam
Pada mangkok soup hidangan pertama
Kutemukan wajah bulan
Dan purnama yang penuh
Di Padang Panjang

Berapa lama kita tak bertemu
kawan
Sekian masa
Kita perpisah tanpa kabar dan berita

Dan kini
Pada lain benua dan masa kita bersua
Serasa tak pernah kulalui waktu
Aku dan kau menjelma
Jadi kanak kanak lugu
Kubayangkan wajah bulan di Padang Panjang
Dan angin dingin Bukit Surungan
Kabut pagi yang melintas dalam ingatan

Duh
Betapa masa cepat berlari
Tangis anak mu
Membuyarkan lamunan
Kiranya kita
tak muda lagi
Angin bertiup dalam sepi
Sehelai daun gugur
Melayang layang di bawa angin
Malam mulai sepi
Dalam mangkok soup
kulihat pagi berlari

Sydney, 2001


Malin Kundang*"

Malin
I have scattered flowers at your feet
For each step you have taken
I have prayed each night
That you may always be safe

Malin
When the moon was full
And the soft blew
I longed for you

Malin
When you returned home
I wanted to hear everything
The stories of your travels
A young man in the world

Malin
I mind being alone
Alone by myself
Waiting for my dear son
I didn't want to die
before I saw you
come home again

Malin
You have changed
You refused to call me your mother
How can I hide my sorrow
The sky itself knows
Whose son you are

Malin
You to despise your mother
My curse has destroyed you
The world was unwilling
But the storm carried you away
Flung you on the beach
You wept but it was too late
My curse has turned you to stone
We could not stop it

Malin
My heart grieves in its pain
My tears turn to rock

Cairo, 2002

Based on a West Sumatran legend, of a son who travelled abroad
and despised his mother when he returned. Her curse turned him to stone.

"Malin kundang"

Malin
Ku tanamkan dikakimu doa
Untuk setiap langkah yang kau ayunkan
Kubacakan sitawa setiap malam
untuk damai kau dalam perjalan

Malin
Jika purnama dan angin bertiup pelan
Kusampaikan pada bulan rindu tak tertahankan

Malin
jika kelak kau datang
Betapa banyak yang ingin aku dengarkan
Cerita perjalan
Bangai mana bujang dalam perantauan

Malin
Kubiarkan sepi
Sunyi dan sendiri
Menunggumu sibuah hati
Tak ingin kumati
Sebelum kuliat
Kau datang dan kembali

Malin
Jika kini kau berobah hati
Tak mengakui aku ibu lagi
Bagaimana mungkin kusurukkan duka
Langit pun tau
Kau anak siapa

Malin jika kini datang petaka
Sungguh aku tak mau kau jadi anak durhaka
Tapi alam tak rela
Diamuknya kau dalam badai
Dihempaskan kepantai
Kau menangis berairmata
Tapi kutuk ku telah tiba
Sesal tak berguna

Malin
Jantungku perih menyimpam ngilu
Air mataku berbuah batu.

Email Fatin : papyrus_15@hotmail.com
Translations by Prof Harry Aveling

Home | Vol 12 Table of Contents | Previous Issues