Home | Vol 25 Table of Contents | Previous Issues | Contact Us: 07 55278753 / 0405463663 | Email: judybyronbay@yahoo.com
Wayang di Hutan Kayu
PENTAS WAYANG LINDUR
Komunitas Wayang Suket.
JUDUL: UMA, NYAI SENDHON KLOLORAN
4 dan 5 Oktober 2007.Jam 20.00 WIB
di Teater Utan Kayu, Jakarta.
GAGASAN WAYANG LINDUR
Gagasan wayang lindur muncul karena pemahaman sebuah Pathet di pertunjukan wayang kulit yang bernama Pathet Lindur .
Pathet ini bertempat di antara pathet nem dan pathet sanga di pertunjukan wayang. waktunya jatuh pada antara jam 11.00 sampai jam 12.00 malam. Pada situasi lindur ruang dan waktu cerita wayang berada masa Transisi yang cukup kritis, baik bagi dalang, pemusik dan tokoh wayang untuk memilih sebuah sanggit atau pilihan keputusan hidup yang menentukan nasib dan cerita kehidupan manungsa. Dalam pathet lindur juga ruang dan waktu tak memenentu seseorang bisa sekecap melewati sebuah rentang waktu yang tak terbatas, meloncat-loncat bahkan membelok. Pahtet Lindur sering diucapkan oleh orang jawa menjadi nglindur, sebuah ucapan orang yang sedang tidur ,biasanya sebuah kalimat tak sempurna , hanya terdiri obyek saja, predikat maupun subyek saja. Pathet lindur adalah Pathet pilihan di perempatan jalan yang buntu dan perlu di gedor.
SINOPSIS:
UMA ,Nyai Sendon Kloloran
Manikmaya Si penguasa Jagad yang Begitu sangat gemar menguji kesetiaan istrinya dewi Uma, sang uma berjalan dilantai dua disebuah mall yang megah yang penuh dengan cantelan berbagai merek dan mode busana terkini , berbicara dengan seseorang pemuda yang sangat tampan sebenarnya bukan lain adalah jelmaan Manikmaya sendiri. Manikmaya baru sadar istrinya tak pernah tunggal memahami cinta . Manikmaya murka dan hendak jatuhkan kutukan. Adalah dewa Indra bersedia mengganti kutukan dengan sebuah bangunan mewah, Dewa Baruna menawarkan barter dengan laut beserta isinya, dan Kamajaya akan memberi mantra-mantra cintanya semua berhenti membentur dinding terjal hati Manikmaya. Akhirnya Kutukan atau perubahan zaman tetap jatuh kepundak Uma.. Sesungguhnya Uma telah bertranformasi dari perempuan yang suka menangis menjadi sosok yang ulet, pasti menatap kedepan..
Sementara itu nun jauh di kota Berlin Monha Pengamen dari tibet berdendang dengan suara sengau nan sumbang seakan menyadarkan kegagalan perubahan dunia yang angkuh.
Monha, korban hidup . Bagaimana kekuatan Tirani yang kejam memberangus begitu saja yang lemah . Terusir dari negaranya menjadi bangsa nomaden di Eropa , coba kita dengar nyanyian Monha yang sumbang sama seperti suluk sendhon kloloran yang tersa perih...
- Susunan Pemain:
Dalang : Slamet Gundono.
Pemusik : Sri waluyo, Dwi Priyo, Sutrisno, Kukuh Widi.
Penari : Indah Panca , Wangi Indriya, Kiki, Miko
Lighting: Agus Dwipayana
Kru: Miftakhul Jannah
ADDRESS: Komunitas Wayang Suket .Surakarta
Jl.Sibela timur 3 no 1, Perum Mojosongo- Surakarta –Jawa tengah-Indonesia. Kodepos (57127)
CONTACT :
Miftakhul Jannah : +62-81804536682
Slametg: +62-8179478214